Bisnis  

Profil Sritex, Raksasa Tekstil yang Diterpa Isu Bangkrut

Profil Sritex, Raksasa Tekstil yang Diterpa Isu Bangkrut


Raksasa tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex diterpa isu bangkrut. Kabar itu bermula dari pernyataan Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) yang mengatakan 13.800 buruh tekstil terkena pemutusan hubungan kerja (Pemecatan Karyawan) dari Januari 2024 Sampai saat ini awal Juni 2024.

Kepala Negara KSPN Ristadi menuturkan data Pemecatan Karyawan yang terjadi di Jateng lebih masif. KSPN mencatat pabrik-pabrik yang terdampak, misalnya di grup Sritex.

Ia mencontohkan tiga perusahaan di bawah grup Sritex lakukan Pemecatan Karyawan antara lain PT Sinar Pantja Djaja di Semarang, PT Bitratex di Kabupaten Semarang, dan PT Djohartex yang ada di Magelang.


Sekalipun, Sritex kemudian membantah kabar bangkrut tersebut.

“Tidak benar (bangkrut), karena perusahaan masih beroperasi dan tidak ada putusan pailit dari Lembaga Proses Hukum,” kata Direktur Keuangan Sritex Welly Salam dalam keterangannya di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia 22 Juni lalu.

Ia lantas menjelaskan Dalang penurunan pendapatan secara dramatis imbas Wabah Global dan persaingan ketat di industri tekstil global.

Menurut Welly, kondisi Politik Global Konflik Bersenjata Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina menyebabkan terjadinya gangguan supply chain dan penurunan Produk Ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat di Eropa maupun AS.

Terlebih lagi, lesunya industri tekstil terjadi karena over supply tekstil di China. Hal ini menyebabkan terjadinya dumping harga yang mana produk-produk ini menyebar terutama negara-negara di luar Eropa dan China yang longgar aturan impornya dan salah satunya Indonesia.

“Kendati, perusahaan tetap beroperasi dengan menjaga keberlangsungan usaha serta operasional dengan menggunakan kas internal maupun dukungan Penyandang Dana,” jelasnya.

Pada 1978, Sritex terdaftar di Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas. Lalu pada 1982, Sritex mendirikan pabrik tenun pertamanya.

Sekitar 10 tahun kemudian, Sritex Memperjelas pabrik dengan empat lini produksi, Disebut juga pemintalan, penenunan, sentuhan akhir dan busana dalam satu Tempat.

Pada 1994, Sritex bahkan sempat menjadi produsen seragam militer untuk Organisasi Militer dan tentara Jerman.

Di tengah krisis moneter 1998, Sritex mampu bertahan dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya sampai delapan kali lipat dibanding waktu pertama kali terintegrasi pada 1992.

Sritex terus bertumbuh selama bertahun-tahun Sampai saat ini secara resmi terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham SRIL. Sekalipun, Sritex berpotensi delisting.

Pengumuman itu disampaikan BEI lewat keterbukaan informasi pada November 2023 lalu.

Syarat delisting ditetapkan Bila saham perusahaan Pernah diberhentikan sementara (suspensi) selama 24 bulan dan saham mengalami kondisi yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat, baik secara finansial atau secara hukum.

Saham emiten berkode SRIL itu awalnya disuspensi sejak 18 Mei 2021 karena penundaan pembayaran pokok dan bunga medium term note (MTN) Sritex tahap III 2018 ke-6 (USD-SRIL01X3MF). Suspensi kemudian diperpanjang sampai 18 Mei 2023 atau menjadi 24 bulan.

Sritex Bahkan tengah menghadapi tumpukan utang. Sesuai aturan laporan keuangan per September 2023, total liabilitas perusahaan tercatat US$1,54 miliar atau Rp24,3 triliun (kurs Rp15.820 per Kurs Mata Uang Amerika AS).

Utang Sritex tersebut terbagi atas jangka pendek sebesar US$106,41 juta dan jangka panjang US$1,44 miliar. Utang didominasi oleh utang bank dan obligasi.

Jumlah utang Sritex lebih besar dari aset. Total aset perusahaan tercatat hanya US$653,51 juta atau sekitar Rp10,33 triliun.

(fby/pta)



Sumber Refrensi Berita : CnnIndonesia > Profil Sritex, Raksasa Tekstil yang Diterpa Isu Bangkrut