Bisnis  

Diterjang Krisis, Berapa Sumbangan Industri Tekstil pada Ekonomi RI?

Diterjang Krisis, Berapa Sumbangan Industri Tekstil pada Ekonomi RI?


Industri tekstil (TPT) tengah diterjang krisis. Pemutusan Hubungan Kerja (Pemutusan Hubungan Kerja) karyawan Sampai saat ini penutupan pabrik masih terus berlangsung.

Terbaru, raksasa tekstil Tanah Air, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex diterpa isu bangkrut, meski kemudian kabar dibantah oleh perusahaan.

Lalu, seberapa besar dampak industri tekstil ke perekonomian?


Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor unggulan yang mencatatkan kontribusi signifikan terhadap Peningkatan Ekonomi (PDB).

Mengikuti data Kementerian Perindustrian, industri TPT merupakan sektor padat karya yang menyerap tenaga kerja lebih dari 3,98 juta orang. Kontribusi ini setara 19,47 persen terhadap total tenaga kerja di sektor manufaktur pada 2023.

Pada kuartal I-2024, industri TPT berkontribusi sebesar 5,84 persen terhadap PDB sektor manufaktur, serta Menyajikan andil terhadap Produk Ekspor nasional sebesar US$11,6 miliar dengan surplus mencapai US$3,2 miliar.

Sebelumnya, Srirex diterpa isu bangkrut bermula dari pernyataan Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) yang mengatakan 13.800 buruh tekstil terkena pemutusan hubungan kerja (Pemutusan Hubungan Kerja) dari Januari 2024 Sampai saat ini awal Juni 2024.

Kepala Negara KSPN Ristadi menuturkan data Pemutusan Hubungan Kerja yang terjadi di Jateng lebih masif. KSPN mencatat pabrik-pabrik yang terdampak, misalnya di grup Sritex di Jateng.

Ia mencontohkan tiga perusahaan di bawah grup Sritex lakukan Pemutusan Hubungan Kerja antara lain PT Sinar Pantja Djaja di Semarang, PT Bitratex di Kabupaten Semarang, dan PT Djohartex yang ada di Magelang.

Meskipun demikian, Sritex kemudian membantah kabar bangkrut tersebut.

“Tidak benar (bangkrut), karena perusahaan masih beroperasi dan tidak ada putusan pailit dari Lembaga Proses Hukum,” kata Direktur Keuangan Sritex Welly Salam dalam keterangannya di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia 22 Juni lalu.

Ia lantas menjelaskan Dalang penurunan pendapatan secara dramatis imbas Virus Corona dan persaingan ketat di industri tekstil global.

Menurut Welly, kondisi Politik Global Pertempuran Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina menyebabkan terjadinya gangguan supply chain dan penurunan Produk Ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat di Eropa maupun AS.

Terlebih lagi, lesunya industri tekstil terjadi karena over supply tekstil di China. Hal ini menyebabkan terjadinya dumping harga yang mana produk-produk ini menyebar terutama negara-negara di luar Eropa dan China yang longgar aturan impornya dan salah satunya Indonesia.

“Kendati, perusahaan tetap beroperasi dengan menjaga keberlangsungan usaha serta operasional dengan menggunakan kas internal maupun dukungan Penyandang Dana,” pungkasnya.

(ldy/pta)



Sumber Refrensi Berita : CnnIndonesia > Diterjang Krisis, Berapa Sumbangan Industri Tekstil pada Ekonomi RI?