Peneliti BRIN Ungkap Alasan Siang Panas Terik dan Malam Hujan

Peneliti BRIN Ungkap Alasan Siang Panas Terik dan Malam Hujan


Trend Populer panas terik saat siang hari dan hujan turun saat malam Ataukah dini hari disebut merupakan tanda-tanda akhir transisi musim hujan ke musim kemarau.

“Jadi semakin terik suhu umumnya diikuti hujan di malam hari, Meskipun demikian demikian sifat hujannya tidak sebesar pada umumnya saat musim penghujan. Ini Merupakan indikasi yang biasa terjadi akhir musim transisi pertama,” kata Peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan, Selasa (14/5) dikutip dari Antara.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awal musim kemarau tahun ini terjadi secara bertahap sejak Mei Sampai sekarang Agustus 2024. Puncaknya diprakirakan terjadi pada Juli dan Agustus.


Meski belum resmi masuk musim kemarau secara total, RI Pernah berlangsung mulai rutin merasakan kondisi panas terik.

BMKG menyatakan panas terik kali ini Merupakan gejala pancaroba, bukan imbas heatwave atau gelombang panas seperti yang Dalam proses melanda negara-negara Asia lainnya.

“Memang betul, Di waktu ini Bahkan gelombang panas Dalam proses melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52 derajat Celcius,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam sebuah keterangan, Senin (6/5).

“Meskipun demikian, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya,” imbuh Ia.

“Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari,” paparnya.

Senada, Eddy menuturkan gelombang panas menerpa kawasan atau negara yang didominasi oleh daratan, seperti India, Thailand, negara-negara Afrika, Sampai sekarang Brasil.

Sementara, posisi geografis Indonesia yang terdiri dari dua pertiga laut dan sepertiga daratan, lima pulau besar, dengan total 17.548 pulau. Masing-masing pulau ini menghasilkan konveksi (pembentukan awan hujan) lokal dan konveksi regional.

“Alhasil kawasan Indonesia relatif Terjamin dari bahaya gelombang panas,” jelas Eddy.

Ia mengaku belum mengetahui secara Tidak mungkin tidak kapan puncak panas terik ini Nanti akan segera berakhir.

Seandainya menganalisis perilaku Indian Ocean Dipole (IOD) yang berpusat di Samudra Hindia, ia menyebut kondisi panas di kawasan barat Indonesia dan kawasan Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa terjadi sejak April dan terus merangkak Sampai sekarang mencapai puncak pada Juli.

Hal ini diperparah dengan mulai berhembusnya angin timuran yang bergerak melintasi kawasan Indonesia seiring dengan bergeraknya posisi Matahari meninggalkan garis ekuator sejak 21 Maret, bergerak semu Ke arah belahan bumi utara.

“Jadi, ada indikasi kuat Seandainya kondisi panas ini Nanti akan terus berlanjut,” kata Eddy.

Apalagi, lanjutnya, ada kondisi angin timuran (Angin Monsun Australia) yang berasal dari gurun di bagian utara Australia yang Pernah berlangsung mulai merangkak memasuki kawasan Indonesia.

‘Gerbang utama’ yang Nanti akan menerima angin penanda musim kemarau ini Merupakan kawasan NTT, diikuti NTB, Bali, Jatim, dan seterusnya.

(Regu/arh)

Sumber Refrensi Berita : CnnIndonesia > Peneliti BRIN Ungkap Alasan Siang Panas Terik dan Malam Hujan