Fakta-fakta La Nina yang Berpotensi Muncul Usai El Nino

Fakta-fakta La Nina yang Berpotensi Muncul Usai El Nino

Daftar Isi



Sebanyaknya lembaga meteorologi dunia, termasuk BMKG dari Indonesia, memprediksi kemungkinan kemunculan La Nina usai Trend Populer El Nino berakhir tahun ini. Simak faktanya.

El Nino dan La Nina merupakan bagian dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO), yang Merupakan pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut (SST) di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur.

Manakala suhunya lebih besar atau sama dengan +0,5 derajat Celsius, El Nino dinyatakan muncul. Manakala kurang dari atau sama dengan -0,5 derajat C, giliran La Nina bangkit. Di antara angka-angka itu, ENSO statusnya netral.


Berikut fakta-fakta dari La Nina yang dirangkum dari berbagai sumber:

Lawan El Nino

Lembaga Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA), dalam laman resminya, menjelaskan La Nina berarti Gadis Kecil dalam bahasa Spanyol. La Nina Bahkan terkadang disebut El Viejo, anti-El Nino, atau “peristiwa dingin”.

La Nina memiliki efek yang berlawanan dengan El Nino. Selama peristiwa La Nina, angin pasat bahkan lebih kuat dari biasanya, mendorong lebih banyak air hangat ke arah Asia.

Di lepas pantai barat Amerika, upwelling meningkat, membawa air dingin yang kaya nutrisi ke permukaan.

“Perairan dingin di Pasifik ini mendorong arus jet ke arah utara. Hal ini cenderung menyebabkan kekeringan di bagian selatan AS dan hujan lebat serta Bencana Banjir di Pasifik Barat Laut dan Kanada. Selama tahun La Nina, suhu musim dingin lebih hangat dari biasanya di Selatan dan lebih dingin dari biasanya di Utara. La Nina Bahkan dapat menyebabkan musim badai yang lebih parah,” demikian keterangan NOAA.

Bikin badai menggila

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprakirakan Nanti akan terjadi musim badai yang sangat aktif seiring dengan potensi kemunculan La Nina. WMO Bahkan menekankan pentingnya peringatan dini buat menyelamatkan nyawa dan perekonomian.

“Kandungan panas laut yang tinggi dan antisipasi perkembangan peristiwa La Nina diperkirakan Nanti akan memicu musim badai yang sangat, sangat, sangat aktif tahun ini,” kata Clare Nullis, juru bicara WMO, di Jenewa, dikutip dari Reuters, Jumat (24/5).

“Hanya diperlukan satu kali badai untuk menghambat pembangunan sosio-ekonomi selama bertahun-tahun,” imbuhnya.

NOAA memprediksi La Nina “dapat berkembang pada Juni-Agustus 2024 (peluang 49persen) atau Juli-September (69 persen).”

Sekarang, NOAA memperkirakan Nanti akan terjadi 17 Sampai sekarang 25 angin topan, dengan rata-rata 14. Dari badai-badai tersebut, delapan Sampai sekarang 13 diperkirakan Nanti akan menjadi badai (rata-rata 7).

Ini termasuk 4 Sampai sekarang 7 badai besar (rata-rata 3). Badai besar Merupakan kategori 3, 4 atau 5 di Saffir Simpson, dengan kecepatan angin 178 km per jam atau 111 mil per jam atau lebih tinggi.

Efek La Nina

Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barrett mengatakan ada pengaruh panas lautan dan La Nina.

“Kita Sangat dianjurkan sangat waspada tahun ini karena suhu panas laut yang hampir mencapai Catatan Unggul tertinggi di wilayah tempat terbentuknya badai Atlantik dan peralihan ke kondisi La Niña, yang bersama-sama menciptakan kondisi untuk Memanfaatkan formulasi badai,” kata Ia, dikutip dari situs WMO.

NOAA menyinggung suhu laut hangat yang hampir mencapai Catatan Unggul tertinggi di Samudera Atlantik, yang menciptakan lebih banyak energi untuk memicu terjadinya badai.

“Antisipasi peralihan dari El Nino ke La Nina Bahkan merupakan faktor lain karena La Nina cenderung mengurangi pergeseran angin di daerah tropis,” kata WMO.




Mengenal El Nino dan La Nina (Foto: CNN Indonesia/Fajrian)

Kemarau basah

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya Bahkan mengungkap musim kemarau kali ini berpotensi basahjika anomali iklim La Ninaresmi terjadi.

“Kita belum menyimpulkan seperti itu (Nanti akan terjadi La Nina). Ada kecenderungan La Nina Sekalipun lemah Nanti akan terjadi. Tapi itu bisa meleset karena datanya masih kurang, tapi ada tren ke sana,” ujar Ia beberapa waktu lalu.

“Jadi kalau seandainya iya, berarti menjadi basah,” tambahnya.

Anomali iklim pemicu kekeringan, El Nino, Sekarang berstatus netral alias berakhir usai terdeteksi setidaknya sejak Juli 2023. Lawannya, La Nina, pun bersiap muncul.

Menurut Dwikorta wilayah yang Diprediksi Nanti akan mengalami musim kemarau lebih basah dari normalnya yaitu sebanyak 40 persen dari ZOM. Daerah-daerah tersebut meliputi sebagian kecil pesisir selatan Sumbar, Bengkulu, Sumsel, Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalbar.

Kemudian, sebagian Kalteng, sebagian Kalsel, sebagian Kaltim, sebagian kecil Kaltara, bagian selatan Sulsel dan Sultra, Sulbar, bagian utara dari Gorontalo dan Sulut, sebagian Maluku, sebagian Papbar dan sebagian besar Papua Selatan.

(tim/dmi)

Sumber Refrensi Berita : CnnIndonesia > Fakta-fakta La Nina yang Berpotensi Muncul Usai El Nino